Tinggal menghitung hari, Festival Buku dan Musik MocoSik kembali hadir. Dimulai pada Jumat, 23 Agustus 2019 nanti, MocoSik mengambil venue yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni Jogja Expo Center (JEC). MocoSik, yang kali ini bertema “Buku, Musik, Kamu”, tak hanya menyuguhkan obrolan ihwal buku dan musik. Namun, dengan tema lebih variatif obrolan juga diperlebar hingga film dan seni rupa. Berharap memberikan suguhan yang lebih beragam pada para pencinta buku dan penikmat musik.
Sebagai pembuka pada hari pertama, Perusahaan Gas Negara (PGN), yang menjadi sponsor utama MocoSik kali ini, juga ikut urun bicara. Ditetapkan sebagai perusahaan negara pada 13 Mei 1965, PGN telah mengarungi sejarah panjang dunia industri gas Indonesia.
Mengusung slogan “Energy for Life”, PGN berkeinginan agar energi gas kian bermanfaat bagi Indonesia. Sebab itu, PGN bersama MocoSik membincang “Gas Untuk Kehidupan”. Narasumber oleh Haryadi Suyuti selaku Walikota Yogyakarta, dan Santiaji Gunawan (Senior Vice President Strategic Stakeholder Management PGN). Selain itu, hadir pula Anas Syahrul Alimi (Founder MocoSik), Bakkar Wibowo (Co-founder MocoSik) dan Irwan Bajang (Direktur Program MocoSik).
Disambung aktris Annisa Hertami bakal memandu jalannya obrolan dengan Zen R. S. (penulis novel “Jalan Lain ke Tulehu”), F. X. Rudiawan (penulis skenario “Terima Kasih Emak, Terima Kasih Abah”) dan Ody Mulya Hidayat (produser “Dilan”) untuk membincang dunia sinema dan kelindannya dengan buku dalam obrolan “Terima Kasih Emak, Terima Kasih Abah: Cerita Sinema, Kisah Buku.”
Lantas, dilanjutkan dengan obrolan seputar dunia seni rupa dan buku. Dimoderatori dua tokoh legenda dunia perbukuan Yogyakarta, Buldanul Khuri (Bentang) dan Dodo Hartoko (Buku Baik), keduanya bakal memandu jalannya diskusi di petang hari dengan tema “Buku dan Seni Rupa”. Perupa-perupa andal pun akan dihadirkan, di antaranya: Ong Hari Wahyu, Samuel Indratma, Jumaldi Alfi dan Ugo Untoro.
Sesi obrolan ini bakal ditutup dengan perbincangan bersama Studio Pertunjukkan Sastra (SPS). Dipandu oleh Latief S. Nugraha, SPS bakal membincang Yogyakarta yang sejak lama menjadi lokus bagi sastra. Yogyakarta, tak ubahnya periuk raksasa, yang menanak para penulis, sastrawan, menjadi masak. Dari sanalah obrolan berpangkal. Obrolan berakhir, pentas musik dimulai. Adalah Nosstress, grup musik asal Bali ini bakal menyentak panggung musik MocoSik dengan tembang- tembangnya. Lalu ada Gallaby, penyanyi ayu jebolan ajang pencarian bakat stasiun teve swasta ini bakal memanjakan kuping seluruh pencinta buku dan penikmat musik MocoSik pada sesi pertama.
Patah tumbuh hilang berganti. Begitu kiranya panggung MocoSik. Satu penampil turun, penampil selanjutnya naik ke pentas.
Setelah Gallaby mentas, ada Sang Pangeran Kunang-Kunang, Agus Noor dengan bandnya, The Prince of Fireflies, unjuk diri. Tak sendirian, Noor juga mengajak kolaborasi beberapa penyanyi; Sruti Respati, Sri Khrisna Encik, dan Bagustian Iskandar. Pentas musik tak mengendur. Dialog Dini Hari akan melanjutkan gegap gempita panggung musik MocoSik. Trio folk-blues asal Pulau Dewata yang baru saja mengeluarkan album baru itu bakal menghibur para pencinta buku dan penikmat musik. Terakhir, panggung MocoSik #3 hari pertama bakal dipungkasi oleh trio asal Jakarta, Efek Rumah Kaca.
Namun, selain obrolan dan pentas musik, MocoSik juga menghadirkan pameran buku dan seni rupa. Untuk pameran seni rupa, “Lini Masa Sastra” didapuk sebagai tema dan berupaya menjelaskan segala macam ide tertuang dalam pembentukan Republik. Keduanya gratis.