Mendapat pekerjaan sebelum lulus kuliah menjadi impian bagi sebagian banyak orang, apalagi kesempatan itu datang dari perusahaan terkenal di luar negeri. Bermula dari program magang internasional yang diselenggarakan AIESEC, Azam mendapatkan jaminan pekerjaan di perusahaan yang Ia tempati selama menjalani program magang ini. Meskipun dilakukan secara Work From Home tetapi itu tidak mengurangi pengalaman yang Ia dapat. Azam yang merupakan mahasiswa tahun terakhir di jurusan Informatika UPN “Veteran” Yogyakarta ini berkesempatan merasakan pengalaman magang sebagai seorang Web Developer Intern, di sebuah perusahaan di Jepang yang bernama COSY Incorporate yang bergerak pada bidang Creative Office System.
Program magang internasional yakni virtual professional program yang dijalankan AIESEC secara virtual ini menjadi salah satu hal menjanjikan di tengah pandemi yang sedang berlangsung. Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa Azam mengambil kesempatan ini. Menurutnya, program magang virtual ini dapat dijadikan solusi yang efektif bagi mahasiswa akhir yang ingin menambah pengalaman kerja namun masih memiliki tanggungan belajar atau skripsi. Selain itu, magang internasional juga menambah self confidence Azam untuk bersiap menghadapi “kehidupan yang sebenarnya.” Tentunya, melalui virtual professional program oleh AIESEC ini semua proses akan dibantu oleh tim dari AIESEC, mulai dari CV review, interview, dan persiapan lain yang berkaitan dengan magang.
Melalui magang virtual ini, Ia merasa jam kerja menjadi lebih flexible, lebih santai namun tetap dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Ia juga mendapat garansi dari perusahaan jika sudah lulus nanti, Ia dapat bekerja di sana. Tak hanya itu, perusahaan juga menawarkan Azam untuk bekerja paruh waktu secara virtual. Selama Azam menjalankan program ini, Ia mendapat banyak relasi baru dan personal connection antara intern dan CEO perusahaan tersebut. “Meskipun Jepang adalah negara yang workaholic, Jepang adalah negara yang menganut “group decision over personal decision”, sehingga saling support antar intern dan pekerja satu sama lain secara personal tergolong bagus. Mereka selalu membantu termasuk supervisor terhadap para intern pula. Hal yang patut diacungi jempol juga karena tidak adanya gap antara supervisor dan interna supervisor dan intern.”
Bercerita mengenai pengalaman yang didapat Azam, ternyata Ia sempat mendapat culture shock karena adanya perbedaan waktu 2 jam antara Jepang dan Indonesia. Tantangan lain yang harus Ia hadapi yakni adanya language barrier saat berbicara bahasa Inggris ataupun beberapa istilah yang mengharuskannya melihat kamus bahasa Jepang, juga hal teknis seperti Wi-Fi dan workload kerap menjadi tantangan untuknya. “Challenge yang aku hadapi selama internship ini adalah self doubt, masih merasa kurang mempunyai pengalaman yang memadai. Namun kita tidak akan tahu kemampuan kita sebelum mencobanya langsung, dengan menghadapi challenge tersebut aku ingin membuktikan pada diriku sendiri,” ungkap Azam.