Rencana pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) terus menuai konflik. Proses pengosongan lahan warga di kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo sejak 27 November lalu disinyalir mengandung banyak unsur represi dan pelanggaran hukum. Menurut kronologi yang diceritakan Paguyuban Warga Penolak Penggusuran Kulon Progo (PWPP-KP), tindak penggusuran oleh alat berat sudah dimulai sejak Senin, 27 November 2017 lalu dan masih berlangsung hingga saat ini.
Proses penggusuran lahan warga ini menuai banyak kecaman yang diarahkan kepada pihak aparat kepolisian, serta institusi negara yang dinilai lebih berpihak pada pemodal. Akun media sosial Jogja Darurat Agraria yang terus mengawal warga Kulonprogo ini terus mengunggah video-video yang menunjukkan tindakan intimidatif aparat kepada warga seperti pemutusan aliran listrik di beberapa desa, pencongkelan pintu rumah, ujaran-ujaran kebencian, merusak tempat ibadah, melarang warga masuk rumah, dan bahkan tindakan kekerasan kepada warga.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan Ombudsman RI (ORI) pun menemukan beberapa kejanggalan dalam proses hukum , termasuk Amdal dan sistem ganti rugi.
Mereka juga mengeluarkan pernyataan resmi yang berisi himbauan untuk menghentikan proses penggusuran tersebut. Sampai saat ini, dukungan untuk warga Kulon Progo terus berdatangan dari berbagai jaringan solidaritas, pers mahasiswa, dan aktivis kemanusiaan lain.
Merespon kabar buruk ini, akan digelar sebuah panggung solidaritas untuk korban penggusuran di Kulon Progo yang akan menampilkan beberapa musisi yang punya kepedulian terhadap isu ini.
Panggung solidaritas ini akan diadakan pada Kamis, 14 Desember 2017 di Kedai Kebun Forum, Tirtodipuran, Yogyakarta.
Musisi yang akan urun tampil adalah:
- Sisir Tanah
- Frau
- Fajar Merah
- Iksan Skuter
- JRX SID
- Melanie Subono
- Gunawan Maryanto
Hadirnya musisi yang tak hanya berasal dari Yogyakarta ini diharapkan mampu membawa dampak positif dan menjadi medium agar isu ketidakadilan dan masalah agraria ini ke publik yang lebih luas. Selain penampilan musik, juga akan ada pembahasan tentang isu penggusuran ini oleh Laksmi A. Savitri, Ph.D (dosen antropologi UGM), Bambang Muryanto (anggota Majelis kode etik Aliansi Jurnalis Independen), Dodok Putra Bangsa (Aktivis Warga Berdaya) dll. Dalam acara ini akan dikumpulkan donasi yang kesemuanya akan disalurkan untuk korban penggusuran di Kulon Progo.
“Ada kejahatan kemanusiaan yang berlangsung di Kulon Progo, dan panggung solidaritas ini adalah salah satu kontribusi kecil, namun berarti untuk memanusiakan manusia. Seperti kata Multatuli, saya hanya menjalankan tugas saya sebagai manusia,” ujar Sisir Tanah ini.
Sementara Frau mengatakan “Saya pikir pentas solidaritas ini penting untuk mengingatkan kita semua, lagi dan lagi kalau penggusuran paksa adalah persoalan kemanusiaan yang perlu kita perjuangkan bersama-sama”
“Karena diam adalah pembunuhan, karena tidak bersuara adalah kejahatan dan karena nggak mau tahu itu adalah bentuk kekejaman paling parah dan buat gue itu bukan pilihan” ungkap Melanie Subono terkait partisipasinya di acara ini.
Konser solidaritas ini diharapkan bisa membawa isu ini ke publik yang lebih luas, mengabarkan bahwa ketidakadilan sedang terjadi di Kulon Progo, dan mengobarkan energi hidup untuk terus memperjuangkan kemanusiaan. Panjang umur semangat baik!
Informasi lebih lanjut tentang isu terkait bisa didapat di
Website: www.selamatkanbumi.com
FB: Jogja Darurat Agraria