Ngaku Pecinta Bakso? Nggak Sah Kalau Belum Mampir ke Bakso Klenger Jogja!

Ngomongin kuliner mah emang nggak ada habisnya. Jangankan bahas se-Indonesia, satu kota aja kulinernya belum tentu kelar kamu cicipin dalam waktu setahun. Hihiii… Ngomongin Jogja nih sekarang, kuliner apa yang kamu hafal dari kota budaya ini? Gudeg? Bakmi Jawa? Oseng-oseng mercon? Bakpia? Iya, Jogja memang begitu identik dengan makanan-makanan itu. Tapi kamu pernah nyobain bakso nggak saat bertandang ke kota pelajar ini? Ah, kamu kurang gaul dan kekinian nih. Kenalin, Bakso Klenger. Bikin kamu klenger-seklenger klengernya.

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS

Bukan sekadar bakso biasa. Dulu orang sering sebut bakso raksasa atau bakso jumbo. Sekarang sih sudah ada brandnya, “Bakso Klenger” namanya~

yakin nggak klenger ngabisin bakso seberat ini???

yakin nggak klenger ngabisin bakso seberat ini??? via tribunnews.com

Bukan, bukan bakso biasa yang sama kaya di kotamu. Ada sebuah “kedai” bakso nih yang beralamat di jalan Wahid Hasyim no. 296 Nologaten, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Ya orang Indonesia bagian mana sih yang nggak kenal bakso? Panganan bulat berbahan dasar daging sapi yang menjadi idola hampir semua lapisan masyarakat Indonesia. Ya kan!

Adalah Achmad Fardiansyah Taufik yang membuka usaha kuliner ini sejak 16 September 2011 silam. Awalnya memang hanya bakso biasa, benar-benar berukuran layaknya bakso normal lainnya. Berjalan selama kurang lebih tiga bulan, lelaki yang akrab disapa Taufik ini ini merasa usaha baksonya tak semulus yang dibayangkan. Akhirnya, dia pun memberanikan diri untuk berinovasi terhadap produk baksonya.

“Idenya waktu itu, gimana caranya biar orang datang tapi nggak nyari hanya sekadar bakso. Dan bahkan mereka nggak bisa bedakan dengan bakso-bakso yang sudah ada lainnya. Akhirnya, yang secara kasat mata kelihatan, saya berinovasi pada ukuran,” ungkap ayah dua anak itu, ketika ditemui tim Hipwee Travel kemarin (9/6).

ADVERTISEMENTS

Butuh waktu tak sebentar untuk bereksperimen terhadap rasa, pun begitu butuh modal tak sedikit untuk menyewa tempat dan membeli segala perabot sebagai penunjang suasana

nggak main-main konsepnya ini. dari tempat, rasa, aduh~

nggak main-main konsepnya ini. dari tempat, rasa, aduh~ via hipwee.com

Tujuan dibuatnya bakso ini, awalnya memang untuk menarik perhatian masyarakat. Namun, tetap dengan tidak menghilangkan kualitas rasa. Kalau kamu pernah tak sengaja berkunjung ke warung yang sekarang di kawasan Nologaten itu, sejatinya baru 2013 lalu hadir dengan konsep fresh seperti sekarang, termasuk juga aneka menunya. Butuh waktu sekitar dua tahun bagi Taufik untuk bereksperimen terhadap rasa dan mengumpulkan modal demi membeli segala perabot sesuai suasana yang ingin dia ciptakan.

Hingga akhirnya, terbuktilah, masayarakat tertarik perhatiannya. Dengan publikasi dari mulut ke mulut, bakso dengan nama “Ratusari” itu mulai memiliki banyak pelanggan. Mulanya, lelaki asal Kupang ini membuat bakso dengan berat 250 gram saja, hingga terus meningkat melayani pesanan pernah sampai 5 kg. Rasanya? Dia berujar, menyesuaikan lidah orang Jogja yang suka gurih dan manis. Mending kamu coba sendiri aja 😛

“Kalau yang selalu ada di warung itu ya yang kecil-kecil, 250 gram hingga 1 kg. Kalau selebihnya buat berdasar pesanan saja. Para konsumen itu mindsetnya datang kemari untuk makan bakso gede, yang paling laris dan dirasa pas di perut itu yang 250 gram. Nah kalau itu nggak ada, mereka milih untuk nggak jadi aja, pulang.”

ADVERTISEMENTS

Soal harga, karena memang menjual kualitas, sejak awal Taufik membanderol Rp 17500 ukuran 250 gram. Eits itu dulu, sekarang Rp 24 ribu. Dan itu worth it kok!

ini ad ayang 250 gram, 500 gram, sama 1 kg. Jangan dateng sendirian. Horor!

ini ada yang 250 gram, 500 gram, sama 1 kg. Jangan dateng sendirian. Horor! via Hipwee.com

Dari yang awalnya per hari Taufik menghabiskan sekitar 2 hingga 3 kg daging sapi untuk membuat bakso, kini alumnus jurusan hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta itu mengaku bisa menghabiskan 50 hingga 60 kg daging sapi perharinya. “Bahkan pernah sampai 120 kg kalau ada pesanan,” ucap Taufik.

Karena saking menjaga adanya kualitas rasa, ditambah ukuran yang tak lazim, jangan heran kalau harganya memang sedikit lebih mahal dari bakso-bakso kebanyakan. Tapi toh buktinya warungnya selalu ramai toh? Berarti masyarakat tak masalah kaan? Dari yang 2013 akhir lalu Rp 17500, sekarang cuma nambah dikit kok, Rp 24 ribu aja. Lalu, apa kata Taufik nih pas Hipwee Travel menanyakan soal modal dan omset? #Ehh

“Selama kurang lebih 2 tahun ngumpulin modal itu, adalah sekitar Rp 20-30 juta. Kalau omset, hahaa ya berapa ya? Sampai seratusan lah. Ya mungkin segitu kira-kira”

ADVERTISEMENTS

Dari yang awalnya hanya berdua bersama istri, kini Taufik sudah miliki 18 karyawan. Dia juga sudah buka cabang di Lombok lho~

Aduh mas, kami ngefans~

Aduh mas, kami ngefans~ via hipwee.com

Terlahir sebagai seorang yang perfeksionis, lelaki yang lahir 8 April 1984 lalu itu menyatakan ingin bisa mengerjakan semuanya sendiri. “Sampai 2013 itu masih sanggup. Sebelum akhirnya konsep baru, menu baru, saya butuh orang-orang baru,” terangnya. Dia pun membuka rekrutmen alias menambah SDM untuk mengembangkan warung baksonya, hingga sekarang sudah ada 18 orang. Tapi, itu bukan berarti lantas membuat Taufik berdiam diri. Quality control tetap berada di tangannya. Rutinitas berbelanja tiap pagi, turut melayani konsumen hingga mencuci piring masih dilakoninya.

“Nggak pengen buka cabang mas?”

“Ya gimana ya. Sejauh ini enggak. Amplas, Hartono, mall-mall lainnya di Jogja, dan banyak kota-kota lain menawarkan tempat untuk buka cabang disana. Tapi sejauh ini saya belum siap. Bukan apa-apa, saya nggak mau serakah. Saya juga ingin meredam rasa jenuh konsumen. Kalau dimana-mana ada ‘bakso klenger’ kan malah kasihan mereka. Akan berpengaruh juga ke psikologis mereka, jadi jenuh nanti.”

“Biar cuma satu ini aja di Jawa, pusatnya di Jogja. Di Lombok beberapa bulan lalu ada. Tapi bukan orang lain yang pegang, saya nggak mau. Tetap keluarga saya juga. “

ADVERTISEMENTS

Kamu ngaku jago makan? Sok buruan datang kemari. Ada challenge buat kamu yang mampu habiskan 1 kg bakso dalam jangka waktu 20 menit, kamu nggak usah bayar!

berani nggak? gartisan loh. Nolak?

berani nggak? gratisan loh. Nolak? via Hipwee.com

Tantangan ini terus dibuka tanpa batas waktu. Jadi, siapapun kamu, apapun jenis kelaminmu, dari mana asalmu, silahkan datang saja. Kali kamu sanggup. Hihiii… Mayan kan gratis. Sejauh ini, hanya ada empat orang lho yang mampu memecahkan tantangan tersebut. Rekor tercepat yakni dalam waktu 15 menit, oleh mahasiswa Jogja. Kamu berani nggak??

Oiya, bakso ini berisikan telur rebus gitu sama tetelan atau daging sapi. Kalau yang 250 gram, telurnya satu. 500 gram, telurnya dua. Nah yang 1 kg telurnya empat. Enggak, satu orang nggak kudu pesen satu kok. Kamu boleh aja pesen yang 1kg dan menyantap bersama tiga hingga empat orang kawan. Dapet kuah, mie dan segala macemnya gratis kok. Atau kamu mau ngerayain ulang tahun disini? Kue tarnya diganti bakso yang 5kg kan unik tuh? Biar keren kamu!

“Kebanyakan konsumen memang anak-anak muda sih, tapi yang dateng kaya keluarga juga ada. Sebab konsep baru tempat ini memang kaya cafe yang modern gitu kan khas anak-anak muda. Nggak kaya warung-warung bakso biasanya. Konsep shabby chic dan ceria kami hadirkan melalui warna warni kursi, meja, dan sebagainya.”

Pesan dari mas Taufik nih, buat kamu para pembaca Hipwee yang (mungkin) berniat jadi pengusaha, disimak ya!

berani jadi pengusaha, kudu berani total! berani gagal!

berani jadi pengusaha, kudu berani total! berani gagal! via hipwee.com

“Jangan pernah takut berinovasi mengembangkan ide, itu modal terbesar para pengusaha. Rajin-rajin ikuti perkembangan jaman. Yang namanya usaha pastia da jatuh-bangunnya, nikmati aja. Tapi kalau udah ngerasa gagal terus-terusan ya berarti bukan itu. Yang penting pakai hati.”

“Yang namanya kerja emang susah, tapi jauh lebih susah lagi kalau nggak kerja. Jangan diniati untuk cari materi aja, lama-lama jadi serakah takutnya. Niatkan untuk bermanfaat buat orang lain. Satu lagi, posisikan diri sama dengan karyawan. Rejeki nggak ada yang tahu. Siapa tahu kelak dia jadi bos kan?”

Jadi, gimana? Sudahkah kamu terinspirasi? Entah terinspirasi untuk mencicip menu kuliner ini, atau bahkan tertarik menjadi pengusaha? Yang penting niat, selalu semangat!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Rajin menggalau dan (seolah) terluka. Sebab galau dapat menelurkan karya.