Konon, bahasa Indonesia itu gampang! Tata bahasanya sederhana dan kosakatanya pun relatif lebih sedikit dibandingkan, misalnya, bahasa Inggris. Tapi, tahukah kamu bahwa bahasa Indonesia itu tak semudah kelihatannya?
Yup, ada banyak sekali kesalahan yang kerap kita lakukan ketika berbahasa Indonesia. Mungkin karena kita terlalu sering menggampangkan bahasa ibu. Padahal, bukankah masa depan bahasa Indonesia ada pada kita, anak muda penutur aslinya?
Nah, dalam artikel ini, Hipwee akan menjabarkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang sering tanpa sadar salah kita gunakan. Tahukah kamu kata-kata apa saja itu?
ADVERTISEMENTS
1. Arti ‘Nyinyir’ Itu Bukan ‘Suka Nyindir’, Tapi Cerewet atau Hobi Mengulang-Ulang Perintah!
Teman : “Si A kok mau sih jadian sama B? Padahal si B ‘kan baru aja putus sama C!”
Kamu : “Yaelah, biarin aja sih, urusan orang. Nggak usah nyinyir kali…”
Ah, nyinyir. Kata ini biasanya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mulutnya “pedas” saat sedang membicarakan orang lain. Kata ini juga bisa menggambarkan orang yang kerjaannya suka menyindir.
Tapi kamu tahu nggak kalau sebenarnya kata “nyinyir” itu sama sekali nggak ada hubungannya dengan mulut pedas atau membicarakan orang? Sebenarnya, kata ini memiliki makna sifat yang cerewet dan suka mengulang-ulang permintaan.
Nah, bagi yang terkenal suka nyinyir… Yakin kamu memang nyinyir?
ADVERTISEMENTS
2. Arti ‘Wacana’ Juga Bukan “Rencana yang Batal Dilaksanakan”.
Kamu: “Widiih, besok long weekend. Ke pantai yuk!”
Teman: “Ah, kemarin katanya kita mau ke Semarang… Jangan wacana aja dong.”
Kata ‘wacana’ sering digunakan untuk menggambarkan sebuah rencana yang gagal terjadi atau sebuah omong kosong belaka. Lucunya, dalam KBBI kata ini justru memiliki makna yang bertolak belakang dengan yang selama ini kita maksudkan, lho.
Kata ‘wacana’ memang berarti percakapan dalam bentuk verbal. Namun, percakapan yang dimaksudkan biasanya berupa khotbah, pidato, atau diskusi — buktinya dalam wacana kamu perlu bertutur secara sistematis dan berargumen dengan masuk akal.
Jadi, kurang tepat rasanya menggunakan “wacana” untuk menggambarkan rencana yang gagal atau omong kosong. Gimana tidak, untuk berwacana saja kita perlu untuk menggunakan baik-baik akal sehat yang kita punya…
ADVERTISEMENTS
3. ‘Acuh’, ‘Tak Acuh’. Nah Lho… Maksudmu yang Mana?
Teman : “Ugh, kesel kalau pacar lagi asyik main game. Aku pasti diacuhin!”
Kamu : “Lho, enak banget dong, kamu masih bisa diacuhin pas dia main game? :|”
Sebenarnya kamu sedang diacuhkan atau tidak diacuhkan sih? Kalau diacuhkan, justru seharusnya kamu merasa senang. Mengapa? Karena arti dari kata “acuh” itu sendiri adalah peduli atau mengindahkan.
Selama ini, kita hampir selalu salah mengartikan kata “acuh” sebagai ketidakpedulian. Padahal, makna sebenarnya berkata sebaliknya. Aih, jangan sampai salah lagi ya!
ADVERTISEMENTS
4. ‘Merubah’. Hmmm… Sebenarnya Kamu Mau Mengubah Sesuatu Atau Menjadi Rubah?
Ah, ‘merubah’. ‘Dirubah’. Mungkin karena ada kata ‘berubah’, kita buru-buru mengambil kesimpulan bahwa ‘merubah’ dan ‘dirubah’ itu adalah kata-kata yang baku. Padahal, harusnya yang kita pakai adalah ‘mengubah’ dan ‘diubah’.
Jadi, kamu mau membawa perubahan pada sesuatu… atau mau menjadi rubah?
ADVERTISEMENTS
5. ‘Normatif’ Itu Tak Selalu Berarti Buruk, Lho!
“Dulu gue suka mantengin pidato SBY di TV. Lama-lama gak gue pantengin lagi deh, soalnya normatif sih.”
Pada periode pemerintahan mantan presiden SBY, kata ‘normatif’ mengalami penyempitan makna. Kita sering nyinyir menyindir ujaran atau perkataan beliau dengan menyebutnya ‘normatif’. Kata ini jadi punya konotasi yang negatif, deh.
Namun sebenarnya kata “normatif” tidak melulu buruk, lho:
Justru kata ini lebih sering bermakna positif daripada negatif. Tidak ada yang salah kok dengan menjadi normatif! Lagipula kalau dipikir-pikir lagi, pemuda atau pemudi yang normatif itu justru adalah…
CALON
MENANTU
IDAMAN
ADVERTISEMENTS
6. “Gue Bangun Kesiangan Nih. Titip Absen Ya! :3″
Kamu : “Oy, kemarin aku minta titip absen kok nggak diabsenin, sih?”
Teman : “Nggak perlu titip absen juga kamu udah absen dari kelas. Kalau mintanya titip presensi sih beda lagi. Heheheheee…”
Jangan marah kalau ada teman yang seperti itu, karena kali ini kamulah yang salah. Kata “absen” memang sering sekali disalahartikan sebagai kehadiran dan “absensi” sebagai tanda kehadiran. Tapi kata-kata tersebut justru bermakna sebaliknya!
“Absen” berarti tidak masuk atau tidak hadir, sedangkan “absensi” memiliki makna ketidakhadiran. Jadi, ketika kamu bilang “Gue titip absen yaaa…” sesungguhnya kamu sedang bilang apa?
7. Orang yang Anarkis Tak Selalu Memakai Kekerasan. Demikian Juga, Para Pelaku Kekerasan Belum Tentu Anarkis!
“Jangan lewat Malioboro ya. Dekat situ ada demo anarkis.”
Penggunaan kata ‘anarkis’ di Indonesia sudah mengalami penyempitan makna. Kata ini sering dikaitkan dengan kekacauan, keributan, kekerasan serta kegiatan unjuk rasa. Padahal, makna ‘anarkis’ sendiri belum tentu ada hubungannya dengan kekerasan atau kekacauan. Anarkis adalah sebutan untuk penganut paham anarkisme, dan anarkisme sendiri sebenarnya adalah sebuah paham politik yang menentang adanya negara atau pemerintahan.
Yang patut dicatat adalah walaupun paham politik ini menentang eksistensi negara/pemerintah, mereka tidak lantas ingin menciptakan kekacauan. Justru mereka menganut paham ini karena percaya bahwa anarki akan membawa kedamaian pada masyarakat. Ha.
8. “Memang Kebiasaan Buruk Orang Indonesia, Deh. Nggak Bisa Antri.”
Dilarang Menyerobot. Harap Antri.
“Antri” kerap diartikan sebagai deretan memanjang untuk menunggu giliran, padahal sebenarnya kata ini bukanlah lema baku yang seharusnya digunakan. Pada KBBI, tidak terdapat kata “antri”.
Yang ada “antre”!
9. “Ke Apotik Dulu Ya, Beli Vermint.”
Sama seperti kata “antri”, penulisan serta pengucapan kata “apotik” juga masih sering tidak sesuai dengan KBBI. Kata “apotik” seharusnya ditulis dan diucapkan sebagai “apotek” — artinya toko tempat meramu dan menjual obat serta barang medis.
Lagipula, peracik obat tidak disebut dengan “apotiker”, tapi “apoteker”, bukan?
10. “Dimana”; “Dibawah”. Sudah Diajarkan Berkali-Kali, Kita Masih Saja Sering Salah! XD
Poster acara itu terpajang dimana-mana.
Jika menunjukkan arah atau letak suatu tempat, kata “di” tidak berfungsi sebagai imbuhan, tapi sebagai preposisi alias kata tunjuk. Untuk itu, kurang tepat jika kamu menuliskan “di” dan “bawah” atau “samping” dengan menyambungnya. Penulisan “di” sebagai preposisi harus dipisah.
“Di bawah”, “di samping”, dan “di mana”, ya! 😉
11. Di Sekolah Dulu, Kamu Pasti Tak Pernah Mencontek. Soalnya, Kamu Murid Teladan ‘Mencontek’ Itu Bukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
“Dilarang mencontek saat ujian!”
Kalau sedang menjalani ujian tengah dan akhir semester, tulisan seperti ini mungkin sering kamu lihat tertempel di lorong sekolah. Kata “mencontek” memang sudah lazim digunakan untuk menerangkan kegiatan menjiplak pekerjaan atau melihat materi secara sembunyi saat sedang ujian. Namun, yang belum banyak diketahui adalah bahwa seharusnya kata tersebut ditulis “menyontek”. Kenapa? Karena akar dari kata ini adalah…
“Sontek”, bukan “contek”.
12. “Ih, Bajunya Seronok Banget!” “Yeee… Bagus, Dong!”
“Jangan pakai baju itu dong, agak seronok.”
“Yeee… Bagus dong, seronok?”
Selama ini kata “seronok” identik dengan pakaian yang terbuka dan seksi. Istilah lainnya, “kehabisan bahan”. Hmmm… Apakah itu sendiri tepat?
Ternyata dalam KBBI, kata “seronok” itu berarti sesuatu yang menyenangkan hati, sedap dilihat, dan juga nikmat untuk didengar. Jadi, jangan mau ya kalau kamu disuruh untuk berpakaian yang tidak seronok. Itu artinya kamu disuruh untuk menggunakan pakaian yang tidak bagus dan tidak enak dilihat!
13. Cek Kosong Bukanlah Cek yang Membebaskan Penerimanya Menuliskan Berapapun Nominal yang Ia Mau. Kalau Itu Namanya ‘Cek Blanko’ :’)
Mungkin selama ini kamu mengira cek kosong adalah selembar kertas cek yang diberikan oleh seseorang dan membebaskanmu dalam mengisi nominal sesuai keinginan. Makna ini pulalah yang sering digunakan oleh sinetron dalam berbagai adegan dramatisnya.
Jika mencari cek kosong dalam kamus atau tesaurus, kamu tidak akan menemukan makna yang selama ini kamu pahami. Menurut KBBI, cek kosong adalah cek yang tidak dapat diuangkan karena uang yang disimpan di bank yang dimaksud sudah tidak ada lagi. Jika maksudmu adalah cek yang jumlah nominalnya ditentukan oleh kemauan sang penarik sendiri, kamu bisa menggunakan kata ‘cek blanko’. Mungkin ini masih ada hubungannya dengan kata ‘blank check’ dalam bahasa Inggris atau ‘carte blanche’ dalam bahasa Prancis?
14. Lagi Sendirian? Cobalah Mojok dan Tanyakan Diri Sendiri… Sebenarnya Arti ‘Sekelumit’ Itu Apa Sih? :/
Sekelumit masalah yang membuat rumit.
Kalau masalah hanya ada sekelumit, mengapa bisa mengubah keadaan menjadi rumit? “Sekelumit” memang seringkali diartikan sebagai sebuah keruwetan atau kerumitan yang bisa membuat kepalamu mau meledak. Pokoknya identik dengan hal-hal yang menyusahkan, deh. Namun, kata “sekelumit” ini sebenarnya memiliki makna yang sama sekali tidak membuat rumit, lho.
“Sekelumit” dalam KBBI adalah sebuah adjektiva yang memiliki makna “sedikit sekali”. Jauh berbeda ‘kan dengan makna yang selama ini kita pahami?
15. Negeri Jiran Itu Bukan Hanya Malaysia atau Brunei! Australia dan Timor Leste Juga 😀
Ia mencari nafkah di negeri jiran.
Saat melihat kalimat ini, menurut kamu ke manakah “ia” pergi mencari nafkah? Pasti kebanyakan di antara kamu langsung memikirkan Malaysia atau Singapura sebagai negeri jiran yang dimaksudkan. Ya, makna negeri jiran yang merupakan negeri tetangga memang mulai menyusut hanya menjadi dua negara itu saja. Padahal, negara yang menjadi tetangganya Indonesia tidak hanya dua itu saja, lho. Masih ada Australia, Brunei Darussalam, Timor Leste, bahkan Papua Nugini.
16. ‘Terlanjur’ atau ‘Telanjur?’ Artinya Tak Sama, Lho.
“Seribu ragu yang kian menyerang. Tapi diriku terlanjur sayang~”
Kamu yang merasa generasi 90-an mungkin familiar dengan lirik lagu di atas. Iya, itu adalah lirik lagu berjudul Terlanjur Sayang, yang dipopulerkan oleh Memes pada tahun 1994.
Lalu, apa yang salah? Tidak ada, jika maksud dari kata “terlanjur” tersebut adalah terdorong untuk melakukan atau mengucapkan sesuatu dengan tidak sengaja, karena itulah artinya dalam KBBI.
Namun jika maksud dari lagu itu adalah rasa sayang yang sangat banyak sehingga tidak bisa ditarik kembali, maka penggunaan kata “terlanjur” di sana kurang tepat. Kata yang seharusnya digunakan untuk mendapatkan makna tersebut adalah “telanjur”!
Menurut KBBI, ‘telanjur’ memiliki arti (1) terlewat batas dari tujuan; (2) sudah terlampau banyak; (3) sudah terlambat sehingga sukar untuk ditarik kembali. Jadi, kamu mau pakai ‘terlanjur’ atau ‘telanjur’?
17. Bergeming
Dari tadi ia hanya diam saja di pojok mushola, tidak bergeming.
Kalimat mirip atau serupa dengan di atas mungkin sering kamu temukan atau bahkan kamu dengar. Tapi tahu tidak, kalau kalimat tersebut sebenarnya salah lho! Kata “tidak bergeming” memang sering dipadukan dengan kata “diam” untuk semakin memperjelas keadaan atau sikap yang benar-benar sunyi-senyap. Namun pada dasarnya “bergeming” dan “diam” memiliki makna yang sama.
Jadi, arti sebenarnya dari kalimat di atas adalah:
Dari tadi ia hanya diam saja di pojok mushola, tidak diam.
BINGUNG, NGGAK? 😐
18. Ayo Tebak: Berapakah Jumlah Armada Mikrolet Dalam Gambar di Bawah Ini?
Pemerintah DKI Jakarta telah menyiapkan 20 armada TransJakarta tambahan untuk liburan akhir pekan kali ini.
Kata “armada” seringkali digunakan dalam pemberitaan untuk menyatakan satuan kendaraan. Padahal jika kamu lihat dalam KBBI, kata “armada” memiliki arti rombongan yang membentuk suatu kesatuan.
Jadi sebenarnya, armada TransJakarta itu ya cuma satu. Tapi, bus yang tergabung dalam armada itu ada 20 buah! 😀
19. Secara Teknis, Kamu Tidak Punya Itikad Baik Atau Buruk. Karena yang Benar Adalah ‘Iktikad’, Bukan ‘Itikad’.
Teman: “Maaf ya aku telat datang ke acaramu. Ada urusan lain nih…”
Kamu: “Nggak apa-apa. Yang penting ‘kan kamu udah iktikad mau datang ke sini. Hehehee.”
Lho, kok “iktikad”? Mengapa bukan “itikad”? Iya, karena kata “itikad” memang tidak terdapat dalam KBBI. Selama ini, kita memang sudah salah menyebutkan kata “iktikad” dengan “itikad”. Walaupun makna yang dimaksudkan sama — yaitu niat atau kemauan yang baik — tetap saja kita tidak boleh membiarkannya salah kaprah.
Memang terlihat remeh sekali untuk mengoreksi ‘itikad’ menjadi ‘iktikad’. Namun, kita perlu tahu kata-kata yang memang baku untuk digunakan sehingga tak akan terjadi kesalahan saat kamu harus menuliskan dokumen atau tulisan yang bersifat resmi nantinya.
20. Jika Temanmu Sedang ‘Emosi’, Belum Tentu Dia Sedang Marah. Kamu Juga Bisa Menyebutnya Sedang ‘Emosi’ Ketika Dia Bahagia 😀
“Emosi” adalah salah satu kata yang juga mengalami penyempitan makna. Selama ini, “emosi” hampir selalu hanya identik dengan rasa marah yang meluap-luap. Kita tidak pernah sadar bahwa ternyata rasa senang, sedih, bahkan cinta juga bagian dari emosi karena menurut KBBI, “emosi” adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat.
Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa “emosi” tidak hanya untuk kemarahan saja tetapi juga seluruh perasaan yang kita rasakan! Jadi, apakah kamu orang yang emosional? :’p
Itulah beberapa kata-kata yang masih sering digunakan dengan salah, baik dalam tulisan maupun percakapan sehari-hari. Semoga setelah membaca artikel ini, kamu tidak lagi salah dalam berbahasa Indonesia, ya!